Selasa, 06 Mei 2014

Resume Sistem Pendukung Keputusan 2

Resume Sistem Pendukung Keputusan 2
Proses Hirarki Analitik

            Menurut Permadi (1992:5) proses hirarki analitik yang kemudian dikenal sebagai AHP (Analytic hierarchy process) adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok - kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki

            AHP merupakan satu model yang fleksibel yang memungkinkan pribadi - pribadi atau kelompok - kelompok untuk membentuk gagasan - gagasan dan membatasi masalah dengan membuat asumsi mereka sendiri dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan bagi mereka.
            AHP menggabungkan penilaian - penilaian dan nilai - nilai pribadi kedalam satu cara yang logis. Hal itu tergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan terhadap struktur hirarki dan satu masalah mengenai logika, naluri dan pengalaman guna memberikan penilaian - penilaian. Sekali diterima dan diikuti, AHP menunjukkan kepada kita bagaimana menghubungkan unsur - unsur dari suatu bagian dari masalah itu dengan bagian - bagian lainnya untuk mencapai hasil yang terpadu. Ini adalah satu proses untuk menentukan, mengenai dan mendekati interaksi - interaksi dan satu sistem secara keseluruhan.
            AHP dapat memandang masalah dalam kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan untuk mengambil keputusan secara efektif. Masalah yang komplek dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusan. Menurut Permadi (1992:5) Perbedaan antara model AHP dengan model pengambilan keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya.

Metodologi AHP
            Menurut Mulyono (2002:335) dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency.
1. Decomposition
            Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur - unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (Hierarchy). Ada dua jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hierarki tidak lengkap.
2. Comparative Judgement
            Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang bernama pairwise comparison matrix. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah :
a. Elemen mana yang lebih penting (penting/disukai/mungkin/..) ?
b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/..)?
            Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan sebagai berikut:
Tabel Skala Dasar
Skala
Arti
1
Kedua elemen sama pentingnya.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya.
5
Elemen yang satu sangat penting ketimbang elemen yang lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya.
9
Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen lainnya.
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan.
           
            Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma
reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting j, maka elemen j harus
sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu,
perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama
penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat
n elemen, maka akan diperoleh pairwise comparison matrix berukuran n x n.
Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n (n-1)
/ 2 karena matriksnya reciprocal dan elemen diagonal sama dengan 1.
3. Synthesis of Priority
            Dari setiap pairwise comparison matrix kemudian dicari eignvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena pairwise comparison matrikx terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
4. Logical Consistency
            Konsitensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek - obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5x lebih manis dibanding gula, dan gula 2x lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10x lebih manis dibanding sirup. Jika madu hanya dinilai 4x manisnya dibanding sirup, maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat.

Linear Programming
            Menurut Taha (2003:11) linear programming digunakan untuk mengoptimalisasi model dimana objek dan fungsi pembatasnya adalah linear. Teknik ini digunakan secara luas pada berbagai aplikasi, seperti pertanian, industri, transportasi, ekonomi, dan militer.

Simulasi
            Menurut Kelton dkk (2003:3) simulasi mengarah kepada sekumpulan cara-cara dan penerapan-penerapan untuk meniru perilaku dari sistem - sistem yang sesungguhnya, misalnya dengan menggunakan komputer dan piranti lunak yang tepat.
            Menurut Kelton dkk (2003:7) simulasi komputer adalah cara untuk mempelajari bermacam-macam model dari sistem yang sesungguhnya yaitu mengevaluasi numerik dengan menggunakan suatu piranti lunak yang dirancang untuk meniru cara beroperasi atau meniru karakteristik dari sistem tersebut.

Klasifikasi dalam Model Simulasi
            Model simulasi dapat diklasifikasikan dalam tiga dimensi yang berbeda yaitu :
1. Segi waktu (Static vs Dynamic)
            Pada model simulasi Static, waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap
proses atau suatu proses yang terjadi pada waktu-waktu tertentu saja. Contoh: simulasi gempa untuk menguji struktur bangunan, simulasi monte carlo. Sedangkan pada model simulasi Dynamic, proses sangat dipengaruhi oleh waktu atau berlangsung pada suatu rentang waktu. Contoh: simulasi gerakan roket, simulasi kedatangan mobil ke jalan tol, simulasi kontrol elevator.
2. Segi Sistem (Continuous vs Discrete)
            Dalam model simulasi Discrete , kondisi dari sistem dapat berubah-ubah
secara diskrit (terputus-putus). Contoh: simulasi jumlah tabungan, simulasi kedatangan pembeli. Sedangkan dalam model simulasi Continuous sistem dapat terus berubah setiap saat menurut waktu. Contoh: simulasi gerakan roket, simulasi peningkatan suhu udara.
3. Segi Input (Deterministic vs Stochastic)

Yang dimaksud dengan simulasi Deterministic adalah simulasi yang menggambarkan suatu proses yang pasti terjadi (tidak tergantung ketidaktentuan). Contoh: percobaan reaksi kimia di lab.


Daftar Pustaka

Kelton, David W, Sadowski, Randall dan Sturrock, David T, 2003, Simulation      With Arena, 3rd Edition, McGraw-Hill, Boston.

Mulyono, Sri, 2002,  Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
            Universitas Indonesia, Jakarta.

Permadi, Bambang 1992, AHP, Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi     Universitas Indonesia, Jakarta.

Taha, Hamdy A, 2003, Operation Research, Prentice Hall, New Jersey.