Resume Sistem Pendukung Keputusan 2
Proses
Hirarki Analitik
Menurut Permadi (1992:5) proses hirarki analitik yang kemudian dikenal
sebagai AHP (Analytic
hierarchy process) adalah salah satu bentuk model pengambilan
keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari
model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki
fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks
dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok - kelompok tersebut diatur
menjadi suatu bentuk hirarki
AHP
merupakan satu model yang fleksibel yang memungkinkan pribadi - pribadi atau
kelompok - kelompok untuk membentuk gagasan - gagasan dan membatasi masalah
dengan membuat asumsi mereka sendiri dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan
bagi mereka.
AHP
menggabungkan penilaian - penilaian dan nilai - nilai pribadi kedalam satu cara
yang logis. Hal itu tergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan
terhadap struktur hirarki dan satu masalah mengenai logika, naluri dan
pengalaman guna memberikan penilaian - penilaian. Sekali diterima dan diikuti,
AHP menunjukkan kepada kita bagaimana menghubungkan unsur - unsur dari suatu
bagian dari masalah itu dengan bagian - bagian lainnya untuk mencapai hasil
yang terpadu. Ini adalah satu proses untuk menentukan, mengenai dan mendekati
interaksi - interaksi dan satu sistem secara keseluruhan.
AHP
dapat memandang masalah dalam kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga
memungkinkan untuk mengambil keputusan secara efektif. Masalah yang komplek
dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusan. Menurut
Permadi (1992:5) Perbedaan antara model AHP dengan model pengambilan keputusan
lainnya terletak pada jenis inputnya.
Metodologi
AHP
Menurut
Mulyono (2002:335)
dalam menyelesaikan persoalan
dengan
AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency.
1.
Decomposition
Setelah
persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang
utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan
juga dilakukan terhadap unsur - unsurnya
sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini
dinamakan hierarki (Hierarchy). Ada dua jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak
lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka
dinamakan hierarki tidak lengkap.
2. Comparative Judgement
Prinsip
ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat
tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan
inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas
elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk
matriks yang bernama pairwise comparison matrix. Pertanyaan yang biasa
diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah :
a.
Elemen mana yang lebih penting (penting/disukai/mungkin/..) ?
b.
Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/..)?
Agar
diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan
memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen
yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan
yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan
sebagai berikut:
Tabel Skala Dasar
Skala
|
Arti
|
1
|
Kedua elemen sama
pentingnya.
|
3
|
Elemen yang satu
sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya.
|
5
|
Elemen yang satu
sangat penting ketimbang elemen yang lainnya.
|
7
|
Satu elemen jelas
lebih penting dari elemen lainnya.
|
9
|
Satu elemen mutlak
lebih penting dari pada elemen lainnya.
|
2, 4, 6, 8
|
Nilai-nilai diantara
dua pertimbangan yang berdekatan.
|
Dalam
penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma
reciprocal
artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting
j, maka elemen j harus
sama
dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu,
perbandingan
dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama
penting.
Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat
n
elemen, maka akan diperoleh pairwise comparison matrix berukuran n x n.
Banyaknya
penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n (n-1)
/
2 karena matriksnya reciprocal dan elemen diagonal sama dengan 1.
3. Synthesis of Priority
Dari
setiap pairwise comparison matrix kemudian dicari eignvectornya untuk mendapatkan local
priority. Karena pairwise comparison matrikx terdapat pada setiap tingkat,
maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local
priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki.
Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur
sintesa dinamakan priority setting.
4. Logical Consistency
Konsitensi
memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang
serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan
kelereng dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan
kriterianya, tetapi tak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Arti kedua adalah
menyangkut tingkat hubungan antara obyek
- obyek
yang didasarkan pada
kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5x lebih
manis dibanding gula, dan gula
2x
lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10x lebih manis dibanding sirup.
Jika madu hanya dinilai 4x manisnya dibanding sirup, maka penilaian tak
konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih
tepat.
Linear
Programming
Menurut
Taha (2003:11) linear programming digunakan
untuk mengoptimalisasi
model dimana objek dan fungsi pembatasnya adalah linear. Teknik ini digunakan secara luas
pada berbagai aplikasi, seperti pertanian, industri, transportasi, ekonomi, dan militer.
Simulasi
Menurut
Kelton dkk (2003:3) simulasi mengarah
kepada sekumpulan
cara-cara dan penerapan-penerapan untuk meniru perilaku dari sistem - sistem yang sesungguhnya,
misalnya dengan menggunakan komputer dan piranti lunak yang tepat.
Menurut
Kelton dkk (2003:7) simulasi komputer
adalah cara
untuk mempelajari bermacam-macam model dari sistem yang sesungguhnya yaitu mengevaluasi numerik
dengan menggunakan suatu piranti
lunak
yang dirancang untuk meniru
cara beroperasi atau meniru karakteristik dari sistem tersebut.
Klasifikasi
dalam Model Simulasi
Model
simulasi dapat diklasifikasikan dalam tiga dimensi yang berbeda yaitu :
1.
Segi waktu (Static vs Dynamic)
Pada
model simulasi Static, waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap
proses
atau suatu proses yang terjadi pada waktu-waktu tertentu saja. Contoh: simulasi gempa untuk
menguji struktur bangunan, simulasi monte carlo. Sedangkan pada model
simulasi Dynamic, proses sangat dipengaruhi oleh waktu atau
berlangsung pada suatu rentang waktu. Contoh: simulasi gerakan roket, simulasi
kedatangan mobil ke jalan tol, simulasi kontrol elevator.
2.
Segi Sistem (Continuous vs Discrete)
Dalam
model simulasi Discrete , kondisi dari sistem dapat berubah-ubah
secara
diskrit (terputus-putus). Contoh: simulasi jumlah tabungan, simulasi kedatangan pembeli. Sedangkan dalam model
simulasi Continuous sistem dapat terus berubah setiap saat menurut
waktu. Contoh: simulasi gerakan roket, simulasi peningkatan suhu udara.
3.
Segi Input (Deterministic vs Stochastic)
Yang
dimaksud dengan simulasi Deterministic adalah simulasi yang menggambarkan suatu
proses yang pasti terjadi (tidak tergantung ketidaktentuan). Contoh: percobaan
reaksi kimia di lab.
Daftar Pustaka
Kelton, David W,
Sadowski, Randall dan Sturrock, David T, 2003,
Simulation With Arena, 3rd Edition, McGraw-Hill, Boston.
Mulyono, Sri, 2002, Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Permadi, Bambang 1992, AHP, Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Taha, Hamdy A, 2003, Operation Research, Prentice Hall, New Jersey.