Selasa, 06 Mei 2014

Resume Sistem Pendukung Keputusan 4

Resume Sistem Pendukung Keputusan 4
Tabel Keputusan
            Menurut Kendall & Kendall (2010:781) tabel keputusan adalah tabel yang digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan logika di dalam program.
            Menurut Kendall & Kendall (2010:781) struktur dari tabel keputusan terdiri dari empat bagian utama, yaitu :
1.         Condition Stub
            Condition stub berisi kondisi-kondisi yang akan diseleksi.
2.         Condition Entry
            Condition entry berisi kemungkinan-kemungkinan dari kondisi yang diseleksi, yaitu terpenuhi (diberi simbol 'Y') dan tidak terpenuhi (diberi simbol 'T'). Setiap kondisi yang diseleksi akan mempunyai dua kemungkinan kejadian, yaitu terpenuhi dan tidak terpenuhi. Bila ada x kondisi yang diseleksi, maka akan terdapat N kemungkinan kejadian, yaitu sebesar N = 2x.
3.         Action Stub
            Action stub berisi pernyataan-pernyataan yang akan dikerjakan baik kondisi yang diseleksi terpenuhi maupun tidak terpenuhi.
4.         Action Entry
            Action entry digunakan untuk memberi tanda tindakan mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak akan dilakukan.
            Menurut Kendall & Kendall (2010:782) langkah-langkah dalam pembuatan tabel keputusan ini adalah sebagai berikut :
1.         Menentukan kondisi yang akan diseleksi.
2.         Menentukan jumlah kemungkinan kejadian yang akan terjadi.
3.         Menentukan tindakan yang akan dilakukan.
4.         Mengisi condition entry.
5.         Mengisi action entry.

Pohon Keputusan
            Menurut Taylor (2005:149) pohon keputusan adalah diagram grafis yang terdiri dari simpul dan cabang. Walaupun demikian daripada menentukan probabilitas setiap cabang seperti dalam pohon probabilitas, dalam pohon keputusan pengguna menghitung nilai yang diperkirakan untuk tiap hasil dan membuat keputusan berdasarkan nilai yang diperkirakan tersebut. Keuntungan utama dari pohon keputusan adalah bahwa diagram tersebut memberikan ilustrasi mengenai proses pengambilan keputusan. Hal ini mempermudah penghitungan nilai yang diperkirakan yang diperlukan secara lebih tepat dan pemahaman proses pengambilan keputusan.

Fuzzy Logic
            Menurut Gelley (2000) dalam Kusumadewi dan Purnomo (2010:2) logika fuzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara ruang input menuju ruang output. Kotak hitam tersebut berisi cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengolah data input menjadi data output dalam bentuk informasi yang baik.
            Menurut Cox (1994) dalam Kusumadewi dan Purnomo (2010:2) ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain :
1.         Konsep logika fuzzy mudah dimengerti, karena logika fuzzy menggunakan dasar teori himpunan. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy tersebut cukup mudah untuk dimengerti.
2.         Logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan.
3.         Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat. Jika diberikan sekelompok data yang cukup homogen dan kemudian ada beberapa data yang eksklusif, maka logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menangani data eksklusif tersebut.
4.         Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks.
5.         Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. Dalam hal ini, sering dikenal dengan nama fuzzy expert systems menjadi bagian terpenting.
6.         Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional. Hal ini umumnya terjadi pada aplikasi di bidang teknik mesin maupun teknik elektro.
7.         Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Logika fuzzy menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dimengerti.

Pengertian System Development Life Cycle
            Menurut Kendall & Kendall (2010:11) system development life cycle terdiri dari tujuh fase yaitu :
1.         Mengidentifikasi masalah, peluang dan tujuan
            Di tahap pertama ini seorang sistem analis mengidentifikasi masalah, peluang dan tujuan - tujuan yang hendak dicapai. Tahap ini sangat penting bagi keberhasilan proyek, karena tidak seorangpun yang ingin membuang - buang waktu kalau tujuan masalah yang keliru.
            Orang - orang yang terlibat dalam tahap pertama ini diantaranya adalah pemakai, penganalisis dan manajer sistem yang bertugas untuk mengkoordinasi proyek. Aktivitas dalam tahap ini meliputi wawancara terhadap manajemen pemakai, menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh, mengestimasi cakupan proyek, dan mendokumentasikan hasil - hasilnya. Output tahap ini adalah laporan yang feasible berisikan definisi problem dan ringkasan tujuan. Kemudian manajemen harus membuat keputusan apakah output tersebut selanjutnya akan diproses berdasarkan proyek yang diajukan.
2.         Menentukan syarat - syarat informasi
            Pada tahap kedua ini, sistem analis memasukkan apa saja yang menentukan syarat - syarat informasi untuk para pemakai yang terlibat. Perangkat - perangkat yang dipergunakan untuk menetapkan syarat - syarat informasi didalam bisnis diantaranya adalah menentukan sampel dan memeriksa data mentah, wawancara, mengamati perilaku pembuat keputusan dan lingkungan kantor dan prototyping.
3.         Menganalisis kebutuhan sistem
            Tahap berikutnya adalah menganalisis kebutuhan - kebutuhan sistem. Sekali lagi, perangkat dan teknik - teknik tertentu akan membantu sistem analis menentukan kebutuhan. Perangkat yang dimaksud ialah penggunaan diagram aliran data untuk menyusun daftar input, proses, dan output fungsi bisnis dalam bentuk terstruktur. Dari diagram aliran data, dikembangkan suatu kamus data berisikan daftar seluruh item data yang digunakan dalam sistem, spesifikasinya apakah berupa alphanumeric atau teks, serta berapa banyak spasi yang dibutuhkan saat dicetak.
4.         Merancang sistem yang direkomendasikan
            Dalam tahap desain dari siklus hidup pengembangan sistem, sistem analis menggunakan informasi - informasi yang terkumpul sebelumnya untuk mencapai desain sistem informasi yang logik. Sistem analis merancang prosedur data entry sedemikian rupa sehingga data yangdimasukkan kedalam sistem informasi benar - benar akurat. Selain itu sistem analis menggunakan teknik - teknik bentuk dan perancangan layar tertentu untuk menjamin keefektifan input sistem informasi.
5.         Mengembangkan dan mendokumentasikan perangkat lunak
            Dalam tahap kelima dari siklus hidup pengembangan sistem, sistem analis berja bersama - sama dengan pemogram untuk mengembangkan suatu perangkat lunak awal yang diperlukan. Beberapa teknik terstruktur untuk merancang dan mendokumentasikan perangkat lunak meliputi rencana terstruktur, Nassi-Shneiderman charts, dan pseudocode. Sistem analis menggunakan salah satu semua perangkat ini untuk memprogram apa yang perlu diprogram.
6.         Menguji dan mempertahankan sistem
            Sebelum sistem informasi dapat digunakan, maka harus dilakukan pengujian terlebih dulu. Akan bisa menghemat biaya bila dapat menangkap adanya masalah sebelum sistem tersebut ditetapkan. Sebagian pengujian dilakukan oleh pemogram sendiri, dan lainnya dilakukan oleh sistem analis. Rangkaian pengujian ini pertama - tama dijalankan bersama - sama dengan data contoh serta dengan data aktual dari sistem yang telah ada.
7.         Mengimplementasikan dan mengevaluasi sistem
            Ditahap terakhir dari pengembangan sistem, sistem analis membantu untuk mengimplementasikan sistem informasi. Tahap ini melibatkan pelatihan bagi pemakai untuk mengendalikan sistem. Sebagian pelatihan tersebut dilakukan oleh vendor, namun kesalahan pelatihan merupakan tanggung jawab sistem analis. Selain itu, sistem analis perlu merencanakan konversi perlahan dari sistem lama ke sistem baru. Proses ini mencakup pengubahan file - file dari format lama ke format baru atau membangun suatu basisdata, menginstall peralatan, dan membawa sistem baru untuk diproduksi.



DAFTAR PUSTAKA

Kendall, Kenneth E. dan Julie E. Kendall, 2010, Analisis dan Perancangan            Sistem, Edisi 5 Jilid 1, PT. Indeks, Jakarta.

Kerzner, Harold, 2001, Project Management: A System to Planning, Scheduling     and Controlling, 7th Edition, John Wiley & Sons, Canada.

Knutson, Bonnie, 2000, How Students Perceive Restaurant Brands, Journal of       College Students and Fastfood, Michigan.

Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo, 2010, Aplikasi Logika Fuzzy Untuk    Pendukung Keputusan, Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Peltier, T. R, 2001, Information Security Risk Anaysis, Auerbach Publications,        Boca Raton.

Schwalbe, Kathy2004, Information Technology Project Management, 3rd            edition, Course Technology : Boston Massachusetts, Boston.

Taylor, Bernard W., 2005, Introduction to Management Science, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.